Kamis, 18 September 2008

MANDIRI DIKAKI SENDIRI

Mandiri dikaki sendiri,
itulah keinginanku, itulah cita - citaku yang harus aku segera wujudkan.
hidup mandiri tanpa tergantung orang lain dan siapapun hanya kepada Tuhan dan kepada diri sendiri.
Diri sendiri yang me manage segalanya, kita sendiri yang mengatur dan menentukan tindakan apa yang harus kita lakukan, sikap apa yang harus kita perbuat, mau apa kita ini walaupun demikian kita tidak bisa semena - mena tetap dalam jalur yang dibatasi dengan norma - norma dan batas agama.

Mandiri dikaki sendiri
Kita awali dengan cerita saya sendiri, saya sudah bekerja di beberapa perusahaan swasta yang cukup besar didaerah jakarta dan sekitarnya,
Saya bekerja dari pagi sampai sore kadang sampai malam masih bekerja, rutinitas saya banyak sekali, saya bekerja harus teliti, fokus, harus cermat dan saya termasuk orang yang bertanggung jawab dan punya loyalitas terhadap perusahaan.
saya berangkat dari rumah sangat pagi sekali karena rumah dengan kantorku cukup jauh, mungkin orang - orang masih pada nyenyak tidur saya sudah berangkat karena saya mau menghindari jalanan macet karena sekali saja terjebak macet pasti sampai ketempat kerja siang sekali, target saya harus sampai di gerbang tol taman mini sebelum jam 6 pagi, karena kalau sudah lewat jam 6 pagi sudah pasti terjebak macet yang panjang sekali karena kalau sudah siang apalagi hari senin jakarta macet dimana - mana.
Hal itu rutin tiap hari senin saya lakukan karena saya pulang hari sabtu sore ke daerah bogor tempat tinggalku yang masih alhamdulillah sejuk, saya pulang satu minggu sekali karena kalau tiap hari saya tidak sanggup selain menguras tenaga menguras biaya perjalanan saya juga, karena dari perusahaan aku dikasih mess biar bisa menginap disana.
Saya pernah bekerja di perusahaan yang pemiliknya orang pribumi, orang taiwan , orang korea, orang china, orang bule juga.
dan yang terakhir saya bekerja pada orang korea, masuk ke perusahaan itu saya bertemu dengan pemiliknya langsung dan waktu itu dia merayu - rayu saya untuk masuk diperusahaannya akhirnya karena ajakan dan rayuannya itu aku masuk dan bekerja diperusahaan itu.
Pengalaman keluar masuk perusahaan swasta sudah saya dapatkan, kadang saya bersyukur juga saya bisa mudah bekerja diperusahaan - perusahaan itu.
Walau demikian hati saya berontak dan selalu berontak, protes dan mungkin tidak menerima bahwa saya harus bekerja seperti sekarang ini, jujur saja dari kerja kerasku itu mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhan - kebutuhan jangka pendek saja seperti untuk menafkahi anak istriku, tetapi untuk jangka panjang seperti menabung dan kebutuhan - kebutuhan yang lain untuk memenuhi kesenangan jiwa saya yang lain belum bisa maksimal.
pernah saya berbisnis dengan teman bukannya berhasil tetapi malah tabungan saya menipis dan pernah pula saya tertipu sama teman bisnisku sampai sekarang dia belum bayar hutangku walau aku tidak berharap dan saya sudah ikhlaskan hanya sekedar untuk memberitahu para pembaca saja, pernah juga aku punya side job sambil bekerja aku menjadi marketing pada perusahaan asuransi yang terkenal dan saya sudah punya banyak nasabah yah waktu itu sekitar kira - kira 8 - 10 orang nasabah dan saat itu penghasilan bertambah, mendapat nasabah untuk pemula seperti saya butuh perjuangan dan kerja keras juga.
tetapi karena saya sibuk diperusahaan yang tetap, akhirnya saya dipecat dari assuransi itu dan kalaupun saya masuk lagi harus dengan sarat membawa nasabah sekitar tiga orang sekaligus dan dalam sebulan harus ada nasabah baru intinya kerja itu tidak bisa dijadikan sampingan jadi harus full time disana akhirnya ya saya menjalani rutinitas biasa dan income saya menurun kembali, penghasilan hanya tok dari perusahaan.
Kerja di perusahaan korea, anda tahu perusahaan korea? style korea?
dibanding perusahaan - perusahaan yang saya lalui, hanya perusahaan korea lah yang paling banyak pembelajaran, terutama belajar sabar maksudnya orang korea tempat saya bekerja beberapa orang sangat kurang bagus etikanya, dia kalau marah teriak - teriak kaya dihutan, dia merasa pintar sendiri tidak mau masukan atau pendapat orang lain.

Kerja keras dan waktu yang banyak terbuang terutama untuk orang - orang yang kita sayangi keluarga, orang tua, saudara, teman - teman, jarang ada waktu untuk mereka kita hanya disibukkan dengan rutinitas, rutinitas pekerjaan yang tiada habisnya.
Dan kita juga tahu kerja maksimal kita membuat kaya bos kita sedangkan kita tidak dibuat kaya oleh bos kita, adilkah hal ini? jawabnya mungkin adil mungkin juga tidak adil seringnya perusahaan tidak adil, padahal yang dibutuhkan kita hanya sedikit perhatian dari perusahaan.
Dengan pengalaman - pengalaman itu cukup bagi saya untuk memutar arah kita harus berpikir jauh lebih kedepan bagaimana kita menjadi bos diri kita sendiri, bagaimana kita menjadi penentu diri kita, bagaimana kita yang menentukan langkah - langkah kita, tanpa tekanan, rasa khawatir, kita sering ada perasaan takut dimarahin?, di PHK?, dipecat?, dsb.
mandiri dikaki sendiri kita harus memulai dari saat ini, kita harus bisa dan kita yakin pasti bisa, kita kerja untuk diri sendiri diatas kaki kita.
terimakasih. untuk bisa mewujudkan klik disini..

1 komentar:

Eni Widiyanti mengatakan...

salam kenal mas ,sepertinya beruntung lebih enak kali yaa,silahkan kunjungi blog saya tentang KEBERUNTUNGAN....salam dahsyat